Model Pendidikan Integratif Pesantren At-Tajdid Muhammadiyah Tasikmalaya

Dalam diskursus pendidikan Islam modern, konsep integrasi keilmuan menjadi sebuah kebutuhan mendesak. Hal ini dilatarbelakangi oleh warisan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, yang selama bertahun-tahun menghambat lahirnya generasi yang utuh yakni generasi yang tidak hanya cakap dalam hal keimanan, tetapi juga unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Model pendidikan integratif adalah pendekatan yang menyatukan berbagai disiplin ilmu dalam satu sistem pendidikan yang komprehensif dan seimbang. Di dalamnya, tidak ada dikotomi antara ilmu syar’i dan ilmu duniawi keduanya diposisikan sebagai wasilah (sarana) untuk mengabdi kepada Allah dan membangun peradaban.
Pesantren At-Tajdid Muhammadiyah Tasikmalaya menerapkan model ini secara nyata melalui sistem pembelajaran yang menggabungkan kurikulum nasional, kurikulum keislaman khas pesantren, serta pembinaan karakter dan keterampilan praktis dalam kehidupan santri sehari-hari. Tujuannya adalah mencetak generasi yang tidak hanya “alim” di masjid, tapi juga “kompeten” di masyarakat, serta mampu mengambil peran strategis dalam pembangunan umat dan bangsa.
Pilar-Pilar Kurikulum Integratif Pesantren At-Tajdid
A. Integrasi Keilmuan (Agama dan Sains )
Salah satu aspek paling menonjol dari model pendidikan di At-Tajdid adalah integrasi kurikulum antara ilmu agama dan ilmu umum. Santri dibekali dengan penguasaan ilmu-ilmu diniyah seperti:
Ilmu tafsir dan ulumul Qur’an, yang mengajarkan pendekatan tekstual dan kontekstual dalam memahami wahyu.
Ilmu hadis dan musthalah hadis, untuk melacak otentisitas dan makna ajaran Rasulullah SAW.
Fikih dan ushul fikih, sebagai perangkat analisis hukum Islam dalam kehidupan kontemporer.
Bahasa Arab dan Nahwu-Sharf, sebagai pintu masuk ke khazanah keilmuan Islam klasik.
Pada saat yang sama, santri juga mempelajari pelajaran umum seperti Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan Teknologi Informasi. Namun pendekatannya tidak bebas nilai—ilmu umum diajarkan dalam bingkai nilai-nilai Islam, agar santri tidak hanya menguasai konsep, tetapi juga memiliki hikmah (kebijaksanaan) dalam mengamalkannya.
Sebagai contoh, pelajaran Biologi tidak hanya menjelaskan tentang sistem organ tubuh manusia, tetapi juga dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur'an mengenai penciptaan manusia, seperti dalam QS. Al-Mu’minun (23):12-14. Dengan pendekatan seperti ini, sains menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa takjub dan syukur kepada Sang Pencipta.
B. Integrasi Nilai dan Karakter
Pendidikan di At-Tajdid tidak hanya mengejar aspek kognitif semata, tetapi juga pembentukan karakter (akhlak) sebagai pilar utama. Santri dididik agar tidak sekadar menjadi orang yang pintar, tetapi juga menjadi orang baik, beradab, jujur, tangguh, amanah, dan rendah hati.
Penanaman karakter dilakukan melalui berbagai metode:
Pembiasaan adab sehari-hari, seperti menyapa dengan salam, menghormati guru, tidak berkata kotor, dan menjaga kebersihan.
Keteladanan guru dan musyrif, yang bukan hanya mengajar tapi juga mendampingi kehidupan santri di asrama.
Program mentoring dan halaqah, di mana para santri diberi ruang untuk mengungkapkan masalah pribadi, belajar muhasabah, dan menguatkan jiwa kepemimpinan berbasis akhlak.
Ungkapan masyhur dari Imam Malik menjadi landasan penting dalam pendekatan ini:
"Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari suatu ilmu."
Maka, pendidikan adab di At-Tajdid bukanlah aksesoris, melainkan asas dari seluruh proses pembentukan insan.
C. Integrasi Teori dan Keterampilan (Life Skills)
Salah satu keunggulan utama dari kurikulum At-Tajdid adalah adanya program pengembangan keterampilan hidup (life skills). Santri tidak hanya dijejali teori, tetapi juga dilatih untuk memiliki kemampuan praktis yang akan bermanfaat di kehidupan nyata.
Beberapa program keterampilan yang dikembangkan antara lain:
Kewirausahaan dan manajemen usaha mikro
Pertanian dan ketahanan pangan santri
Public speaking, pidato tiga bahasa, dan dakwah digital
Manajemen organisasi dan kepemimpinan
Literasi media dan teknologi digital
Pendekatan ini menjawab tantangan zaman: bagaimana mencetak lulusan pesantren yang tidak hanya siap menjadi pemimpin umat, tetapi juga mampu menghadapi dinamika sosial-ekonomi masyarakat modern dengan kompetensi nyata.
Lingkungan Sebagai Bagian dari Kurikulum
Dalam filosofi pendidikan Islam, lingkungan bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga madrasah kedua setelah keluarga. Karena itu, At-Tajdid membangun lingkungan pesantren yang kondusif untuk pembelajaran holistik. Asrama, masjid, ruang makan, bahkan taman, semuanya dirancang sebagai ruang edukatif.
Santri tinggal dalam sistem berasrama penuh, yang artinya mereka belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga dari interaksi sosial, manajemen waktu, dan kehidupan bersama. Hal ini mendorong terbentuknya:
Kedisiplinan dan kemandirian
Jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab
Empati sosial dan kemampuan bekerja sama
Para ustadz, musyrif, dan pendamping asrama menjadi contoh langsung dalam akhlak dan kehidupan harian. Kehadiran mereka yang living the message menjadikan lingkungan pesantren sebagai tempat bertumbuh yang otentik dan transformatif.
Transformasi Alumni Sebagai Buah Nyata Pendidikan Integratif
Model pendidikan integratif yang diterapkan At-Tajdid telah melahirkan alumni yang tersebar di berbagai sektor strategis. Mereka tidak hanya membawa nama pesantren, tetapi juga membawa misi keilmuan dan dakwah di berbagai lini kehidupan.
Beberapa alumni telah menempuh pendidikan tinggi di dalam maupun luar negeri, aktif sebagai profesional, peneliti, pendakwah, hingga pegiat sosial. Salah satu di antaranya, Ari Farizal Rasyid, M.Ag., kini menjadi Ketua Program Studi Manajemen Mutu Halal di Universitas Siliwangi, membuktikan bahwa lulusan At-Tajdid siap bersaing dalam kancah akademik nasional dan internasional.
Kisah alumni lainnya, seperti Muhammad Lutfi, Mahasiswa Universitas Yordania, menunjukkan bahwa santri At-Tajdid tidak hanya cakap dalam bidang keagamaan, tetapi juga unggul dalam pemikiran ilmiah dan teknologi.
At-Tajdid, Tempat Bertumbuh Menjadi Manusia Paripurna
Model pendidikan integratif yang diterapkan di Pesantren At-Tajdid Muhammadiyah Tasikmalaya merupakan cerminan visi besar Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Pendidikan bukan hanya proses kognitif, tetapi juga transformasi kepribadian, karakter, dan keterampilan menuju insan kamil.
Di At-Tajdid, santri tidak hanya menghafal kitab, tapi juga membumikan nilai-nilai Qur’ani dalam keseharian. Mereka tidak hanya mahir berdakwah, tapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan dunia nyata. Mereka disiapkan untuk menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar pengamat persoalan umat.
Jika pendidikan adalah proses membentuk peradaban, maka At-Tajdid telah dan terus memainkan perannya melahirkan generasi baru yang siap membangun masa depan Islam dengan akhlak, ilmu, dan amal
Redaksi : Akbar Syawaludin, S.Sos.
Bagikan :